er

Minggu, 08 Desember 2013

KPMDB, UNTUK APA DAN SIAPA?

              Tulisan ini hadir dari kegelisahan saya ketika melihat kawan sesama mahasiswa yang berangkat dari satu daerah bahkan saya sendiri, kehilangan kepercayaan diri terhadap identitas komunalnya akibat politik perebutan kekuasaan dan kapitalisme dengan kejamnya memainkan produk untuk meraup keuntungan sebanyaknya dengan melupakan kesamaan derajat manusia dengan melakukan diskriminasi budaya lewat media layar kaca yaitu dengan membagia-bagi kelas mealui simbolisasi aksen dan bahasa, dan saya sebagai anggota dari organisasi mahasiswa yang berbasis kedaerahan mencoba menafsirkan secara kontektual untuk mencari makna terkait organisasi yang saya ikuti (KPMDB) kenapa berdiri selain untuk menjalin komunikasi dan tali silaturahmi serta gotong royong ditanah rantau, dan kalau kawan-kawan saya bilang.”KPMDB adalah rumah kedua”, karena rasa saling memiliki satu sama lain dan hubungan emosional yang telah terpatri satu sama lain mungkin ini tulisan terburuk sedunia karena ketidakjelasaan arah pembahasannya, tapi tidak ada salahnya,namanya juga belajar.hehe... 

            
              Dengan diciptakan sebagai makhluk individual dan sosial manusia selalu terdorong untuk hidup bermasyarakat atau berkelompok, sambil mengaktualisasikan dirinya untuk menemukan jati diri dan identitas masing – masing. Identitas adalah konsekuensi manusia sebagai makhluk individu dan sosial, individu adalah manusia yang memiliki kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia”perseorangan” atau “orang seorang” yang memiliki keunikan, setiap manusia memiliki keunikan atau ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis sama. Dalam kontek sosial yang disebut masyarakat, setiap orang akan mengenal orang lain oleh karena itu perilaku manusia selalu terkait dengan orang lain, ia melakukan sesuatu dipengaruhi faktor dari luar dirinya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga dikarenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan sosial (sosial need) untuk hidup berkelompok dengan orang lain. Manusia memiliki kebutuhan untuk mencari kawan atau teman. Kebutuhan untuk berteman dengan orang lain, sering kali didasari atas kesamaan ciri atau kepentingannya masing-masing.Globalisasi membuat dunia menjadi transparan akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta adanya system informasi satelit. Kemajuan teknologi informasi, komunikasi, dan transportasi memberi pengaruh luas dalam kehidupan sehari-hari, bahkan merombak sistem sosial. Globalisai ekonomi dan budaya berpengaruh pada penciptaan kultur homogen yang mengarah pada penyeragaman selera, konsumsi, gaya hidup, nilai, identitas, dan kepentingan individu. 
               Indonesia sebagai satu kesatuan bangsa dan tanah air akan menghadapi kompetisi yang ketat didunia internasioanal dan dalam banyak hal yang menyangkut kebutuhan hidup manusia. Untuk itu, bangsa ini secara internal perlu mempersiapkan diri menjadi bangsa yang kokoh, kuat, dan beridentitas.
            Pertama, perlu diingat bahwa nusantara sangat luas secara geografis serta negara nusantara (baca, indonesia) adalah negara kepulauan sehingga untuk menjangkau satu daerah dengan daerah lainnya butuh energi yang tidak sedikit, sehingga asumsi awalnya adalah diharapkan dengan membentuk organisasi daerah masing-masing, kawan-kawan yang berasal dari daerah tersebut lebih paham dan dekat dalam segala hal apakah; bahasa, budaya dan yang tidak kalah penting kearifan-kearifan lokal yang sangat berharga. Kedua, bahwa pluralitas nusantara sangat tinggi; berbagai macam suku, bahasa, budaya, kesenian dll. Sehingga untuk lebih dekat dan lebih memahami kepentingan rakyat secara umum adalah mahasiswa/pelajar yang berasal dari daerah tersebut. Dengan demikian ekspektasi terbesar kita semua dengan adanya oprganisasi-organisasi kebangsaan atau kedaerahan adalah terpenuhinya kepentingan kelompok namun tidak melupakan tujuan yang lebih besar nan mulia yaitu kepentingan rakyat seantero nusantara. Kemudian yang terakhir, penulis teringat dengan kata salah pendiri organisasi kebangsaan sekar reokeon (organisasi kebangsaan sunda, jong sunda-jawa barat) yang kurang lebihnya penyampaikan bahwa Bukankah Dengan Terbentuknya Organisasi Kebangsaan akan Meringankan Beban Nusantara, Sebab Ada Perkumpulan Yang Intens Menyadrakan Masyarakatnya Masing-Masing[1]
            Keluarga Pelajar Mahasiswa Daerah Brebes (KPMDB) adalah organisasi kepemudaan dan keterpelajaran (intelektual akademisi) yang berdiri 19 Desember 1964, hingga sekarang. Keberadaannya diniati sebagai wadah persatuan dan kesatuan mahasiswa-mahasiswa Brebes dalam berekspresi, berkreatifitas dan berpikir untuk pengembangan diri dan kemajuan Daerah. Kedudukan dan sifatnya independent dan non partisan.[2]
              KPMDB yang subyeknya adalah mahasiswa, dan melihat posisi strategis Mahasiswa yang diharapkan kehadirannya dalam masyarakat dan merupakan entitas manusia yang sedang menyiapkan dirinya untuk memasuki pertarungan kenyataan sebenarnya di kehidupan, yang dunianya sekarang hanya bergelut dengan berbagai buku-buku, ruang diskusi, teori-teori, dan rangkaian mimpi-mimpi untuk republik lebih baik dan di mitoskan sebagai kaum elit karena keintelektualan serta pengetahuannya mempunyai tugas untuk menjaga identitas budaya masyarakat yang luhur serta menyiapkan diri untuk mengisi ruang-ruang kosong dimasyarakat.
               Terlihat jelas sudah KPMDB yang didirikan untuk menyambung komunikasi tali silaturahmi adalah langkah yang perlu diapresiasi dan disikapi oleh mahasiswa daerah brebes, Kpmdb merupakan wadah mahasiswa untuk membendung keterpecahbelahan personal yang dalam bahasa psikologinya adalah split personality dalam diri mahasiswa terhadap identitas budaya dan kearifan lokal daerahnya yang merupakan kekayaan termahal republik ini, di era globalisasi dan dunia yang sudah dapat dilipat sekarang ini tanpa mengenal batas.
             KPMDB merupakan pencegahan awal untuk generasi penerus daerah atau bangsa supaya tidak buta dengan budaya dan keadaan daerah yang merupakanm kepentingan bersama untuk tetap menjaga identitas budaya, serta meningkatkan kepercayaan diri dengan persatuan dan ikatan yang terjalin merupakan hal yang perlu, mengingat globalisasi mengajak manusia untuk bebas sebebasnya, hal ini globalisasi menyebabkan masuknya produk-produk barat yang tidak sesuai dengan masyarakat kita yang menjunjung tinggi moralitas dan budaya-budaya timur yang bersahaja dan beradab dan mengajak dalam penyamarataan gaya, tata nilai serta kebutuhan atas nama efisiensi serta timbulnya diskriminasi bahasa yaitu ketika layar kaca menyajikan produk-produknya dengan membagi-bagi kelas melalui simbolisasi bahasa. 
              Ini diperburuk dengan kenyataan bahwa stereotip ini dieksploitasi melalui budaya-budaya populer (pop culture) melalui sinetron, film, musik, dan lain-lain. Kemudian melalui media ini, stereotip-srereotip ini diinternalisasi secara tidak sadar oleh penikmatnya. Jika anda penonton setia sinetron atau film Indonesia, anda mungkin seringkali menyaksikan penutur BI dengan aksen Bahasa Jawa yang medhok bisa diasosiasikan dengan pekerjaan-pekerjaan tertentu, misalnya penjual jamu atau pembantu; Penutur BI dengan aksen Indonesia Timur (Ambon dan Papua) hanya pas berprofesi sebagai tukang pukul atau preman atau debt collector; Dalam sosiolinguistik, fenomena ini disebut dengan istilah linguistics profiling.[3]
          Melihat keadaan yang seperti itu memungkinkan berkurang atau bahkan hilangnya kepercayaan diri pada setiap warga atau mahasiwa daerah yang menempati posisi kelas terendah yang sedang di tanah rantau untuk menggunakan aksennya yang khas dalam berbicara dan berbahasa, inilah hal perlu segera disikapi dengan cepat, karena merupakan masalah urgent terkait identitas dan budaya daerah yang perlu dilestarikan. KPMDB hadir untuk mewadahi mahasiswa, karena mahasiwa merupakan unsur penting dan kaum elit dalam masyarakat dan mahasiwa yang mempunyai idealisme harus dijaga serta tingginya kepekaan sosial yang dimilikinya dan diharapkan spirit-spiritnya didapatkan dari kesadaran yang berasal dari kebutuhannya sebagai manusia dan mahasiswa yang berangkat dari daerah untuk menjaga kearifan dan budaya lokal dan menyadarkan masyarakat daerahnya.

Penulis adalah kader KPMDB Wilayah surakarta




[1]Shadikin.s.NAPAK TILAS SEJARAH ORGANISASI KEBANGSAAN. Ketua Umum IKAMI SUL-SEL Cab. Malang periode 2006-2008
[2]Facebook KPMDB Wilayah Surakarta 
[3]https://pustakapikiran.wordpress.com/2010/11/11/ada-dengan-logatmu/.2013

0 komentar:

Posting Komentar