er

Selasa, 29 Mei 2012

Tetap Peduli Kampung Halaman (SOLOPOS)

Tetap Peduli Kampung Halaman Selasa, 29/5/2012 | Adib Muttaqin Asfar/JIBI/SOLOPOS | Dilihat: 420 Kali Share SHARE: Facebook | Twitter | Google | PRINT MITRA DAERAH-Anggota Ikatan Mahasiswa Lampung (Ikamala) Solo di depan sekretariat mereka di Kadipiro, Minggu (27/5) lalu. Oleh Pemprov Lampung, mereka menjadi duta daerah. (Espos/Adib Muttaqin Asfar) “Sebenarnya kami merasa miris. Kalau ada anak ditanya mau jadi apa setelah lulus sekolah, jawabnya kerja di tambang,” tutur Dodi Kurniawan, mahasiswa D3 Analis Kesehatan Universitas Setia Budi (USB) menceritakan kondisi anak-anak di kampung asalnya, Toboali, Bangka Selatan, Kamis (24/5) lalu. Dodi yang kini menjadi Ketua Ikatan Pelajar Mahasiswa Bangka (ISBA) Solo ingat tanah kelahirannya yang ditinggalkannya dua tahun terakhir. Karena itulah selama berada di Solo, dia juga sadar ada banyak hal yang harus dilakukannya saat pulang ke Bangka setelah lulus kelak. Di Solo, dia punya misi untuk mengajak rekan-rekannya sesama mahasiswa asal Bangka untuk selalu bertindak lurus. “Intinya perkumpulan ini ingin menciptakan pemuda intelektual untuk Bangka dan tentu saja Indonesia,” katanya. Meskipun terkesan idealis, apa yang dilakukannya bersama rekan-rekannya di ISBA Solo memang bertujuan untuk menjaga moral mahasiswa, setidaknya dari keseharian. Seperti komunitas pelajar/mahasiswa daerah pada umumnya, setiap tahun mereka melakukan pengakraban sebagai ajang kumpul bersama. Oleh Dodi dan rekan-rekannya, pengakraban tidak hanya sekadar kumpul-kumpul tanpa arti. “Kami berusaha membuat pengakraban yang religius. Untuk apa jadi orang pintar kalau kita enggak punya moral.” Hal ini pula yang menjadi latar belakang mengapa Dodi lebih memilih untuk kuliah di Solo daripada kota-kota lain yang juga punya banyak perguruan tinggi. Bagi para pelajar Bangka, kota pelajar seperti Jogja, Bandung dan Jakarta adalah tujuan utama bagi mereka yang ingin melanjutkan kuliah di Pulau Jawa. Sedangkan bagi Dodi, ada pertimbangan lain ketika dia memutuskan untuk memilih Solo sebagai tempat kuliahnya. “Ada gengsi ketika kuliah di Jogja tapi di Solo pergaulannya lebih baik dari pada di sana.” Misi pendidikan ini tidak hanya mereka lakukan saat berada di Solo. Saat pulang ke Bangka setiap tahun, mereka memanfaatkan liburan dengan mengunjungi sekolah-sekolah asal mereka. Di sana mereka mendorong para pelajar untuk kuliah dengan memberi gambaran tentang kondisi masing-masing kota dan kampus yang ada. Menggarap Daerah Hal serupa juga dilakukan oleh para mahasiswa asal Brebes yang tergabung dalam Keluarga Pelajar Mahasiswa Daerah Brebes (KPMDB). Setiap tahun, mereka juga melakukan promosi ke berbagai sekolah untuk memperkenalkan kampus masing-masing. “Di Brebes, kami sosialisasikan perguruan tinggi di Solo, bahwa ada universitas dan sebagainya,” ujar Wiria Sutrisna, mahasiswa PGSD FKIP UMS yang kini memimpin KPMDB Wilayah Solo, Jumat (25/5) lalu. Begitulah yang dilakukan oleh para mahasiswa asal Brebes saat pulang ke kampung halaman mereka, baik yang kuliah di Solo, Jogja, Jakarta, Bandung, Purwokerto dan kota-kota lain. Namun sebenarnya sosialisasi tentang perguruan tinggi hanya salah satu dari sekian banyak aksi kepedulian mereka terhadap daerah Brebes. Di luar itu, para mahasiswa ini berusaha ikut berperan dalam perkembangan daerah asal. Misalnya menjelang Pilkada Brebes yang akan digelar 7 Oktober nanti, KPMDB sudah menyiapkan aksi. Menjelang pemilihan nanti, mereka akan melakukan pendidikan pemilih pemula yang umumnya masih duduk di SMA. Di sana mereka bekerja sama dengan KPU setempat untuk menggelar pendidikan pemilih. “Mulai dari prosedur memilih, memperkenalkan para calon dan teknis lainnya,” kata Wiria. Selain itu, mereka juga akan mencoba untuk lebih menekan calon penguasa setempat dalam mewujudkan janji-janjinya. Rencananya dalam masa kampanye nanti, KPMDB akan mencatat semua janji-janji yang diucapkan oleh para calon. “Kami akan membuat janji-janji ini dilegalkan. Kemudian nanti akan kami ingatkan saat sudah menjabat.” Kepedulian mereka terhadap daerah asal memang sudah ditanamkan oleh para senior mereka di semua wilayah KPMDB. Meskipun kini tinggal di Solo dan jarang pulang kampung, mereka tidak lupa dengan masalah-masalah besar yang terjadi di Brebes. Kepedulian mereka ditunjukkan saat forum pengakraban yang biasanya melibatkan 70-an mahasiswa di Tawangmangu. Di forum yang tujuan utamanya untuk pengakraban tersebut, mereka justru sering membahas isu-isu serius. Misalnya mereka berdiskusi tentang nasib para petani bawang di Brebes setelah diberlakukannya kebijakan impor bawang. “Kami kasih tahu pada mahasiswa, bagaimana kondisi Brebes yang sebenarnya.” Tak mau gerak mereka dibatasi hanya dalam forum diskusi, Wiria dan rekan-rekannya pun bergerak sesuai kemampuan mereka. Misalnya beberapa waktu lalu mereka pergi Batang untuk bersama-sama belajar pada para petani di sana yang komunitasnya lebih progresif. “Kami belajar banyak bagaimana cara pembebasan lahan, memberantas korupsi dan sebagainya.” Selain itu mereka juga bekerja sama dengan LSM di Brebes yang bergerak pemberantasan korupsi di daerah itu.

Solidaritas Di Perantauan (SOLOPOS)

Solidaritas Di Perantauan Selasa, 29/5/2012 | Adib Muttaqin Asfar/JIBI/SOLOPOS | Dilihat: 363 Kali Share10 SHARE: Facebook | Twitter | Google | PRINT BERTEMU-Anggota Keluarga Pelajar Mahasiswa Daerah Brebes (KPMDB) Surakarta saat melakukan pertemuan di kampus UMS, beberapa waktu lalu. (FOTO/Istimewa) Setiap Juni hingga Agustus, kampus-kampus selalu sibuk dengan agenda tahunan mereka, menyambut mahasiswa baru. Bukan hanya pengelola kampus, tapi juga para mahasiswanya. Sebagian sibuk menjadi panitia, sebagian lagi mencari anggota dan ada pula yang menawarkan kos, penginapan dan sebagainya. Tak kalah dengan organisasi mahasiswa lainnya, komunitas-komunitas mahasiswa daerah juga melakukan hal yang sama. Setiap tahun saat musim penerimaan mahasiswa baru, mereka bergerilya mencari para mahasiswa baru yang berasal dari daerah yang sama. Semuanya dilakukan demi solidaritas sesama mahasiswa satu kampung halaman. “Kami bikin stan di kampus, lalu kami pasang banyak pamflet. Saya sendiri juga bilang pada takmir masjid kampus, kalau anak Brebes yang menginap di sini, tolong hubungi saya,” kata Ketua KPMDB Wilayah Solo, Wiria Sutrisna. Sebagai bentuk solidaritas, Wiria dan rekan-rekannya memang terbuka dengan para mahasiswa Brebes yang belum punya tempat tinggal di Solo. Mereka mempersilakan mahasiswa baru asal Brebes yang ingin menginap di kos mereka. Bahkan terkadang niat baik itu dimanfaatkan orang lain yang juga butuh tempat menginap. “Ceritanya dulu ada anak yang menginap di sini mengaku anak Brebes. Waktu saya pinjam KTP-nya untuk pendataan mahasiswa Brebes, ternyata dia bukan anak Brebes. Ya mau bagaimana lagi, enggak apa-apalah.” Hal ini tidak membuat keinginan untuk berbagai mereka luntur. Merasa punya kewajiban moral, mereka selalu gencar melakukan pendataan mahasiswa baru. Selain di antara para mahasiswa, solidaritas itu juga telah terbangun bersama dengan para alumni yang kini menjadi orang penting di kampus. Wiria mencatat sejumlah nama dosen di Fakultas Ekonomi, Agama Islam dan Geografi UMS berasal dari Brebes. “Mereka sering jadi pembicara diskusi kami, memberi motivasi dan jadi donatur.” Solidaritas itu juga yang dibangun oleh para mahasiswa asal Lampung di Solo yang jumlahnya mencapai 400-an orang. Meskipun yang aktif di Ikamala Solo hanya 100-an orang, solidaritas itu tidak luntur. Saat ada yang sakit keras, maka anggota yang lain pun sama-sama menunggui. “Bahkan saat malam Mingguan, anak-anak lebih memilih di sini dari pada pacarnya,” canda Ketua Ikamala Solo, Wahyu Noviansyah. Kedekatan ini dibangun dengan cara yang sederhana. Setiap kali mereka berkumpul bersama, para anggota diminta untuk memperkenalkan diri meskipun sudah pernah saling kenal. Hal inilah yang membuat anggota-anggota baru langsung bisa dikenal. Solidaritas ini pun berhasil dibangun meskipun ada banyak keragaman di antara mahasiswa Lampung sendiri. Mereka terdiri dari berbagai etnis seperti Lampung, Jawa dan lain-lain. “Tapi selama asalnya sama-sama dari Lampung, kami tetap menyebutnya sebagai anak Lampung.” Begitu juga dengan para mahasiswa Bangka yang tergabung di ISBA Solo. Posisi mereka yang benar-benar jauh dari kampung dan orang tua, mereka merasa wajib untuk membangun solidaritas. “Di perantauan itu kami sering merasa sendiri, butuh teman dan senang kalau ketemu teman satu daerah,” kata Ketua ISBA Solo, Dodi Kurniawan. ISBA punya cara unik untuk melakukan pengakraban. Selain forum formal seperti malam pengakraban atau pengajian, mereka juga memanfaatkan momen libur lebaran sebagai sarana pendekatan. Menjelang Idul Fitri, mereka sengaja mudik bersama-sama. Tidak seperti mahasiswa lain yang naik pesawat, mereka lebih memilih jalur darat yang butuh waktu berhari-hari. “Kami pakai biaya sendiri-sendiri, tapi yang penting kita pulang bersama.”

Kamis, 10 Mei 2012

Mari Menghidupkan Organisasi

Sebuah organisasi akan selalu menggebuh-gebuh dijalani diawal. Namun pada saat pertengahan masa jabatan organisasi akan banyak terjadi kelesuan dan kebosanan terhadap organsiasi yang sedang dijalani. maka terdapat beberapa tips untuk menghidupkan lagi semangat dari organisasi sehingga membuat program kerja akan semakin mudah dilaksanakan. berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghidupkan semangat itu : 1. Kembali kepada visi dan misi awal dibentuknya organisasi tersebut dengan berbagai program kerja yang telah dibuat menggebuh-gebuh terkadang melupakan visi dan misi awal dari organisasi. dan ini akan membentuk kembali pemikiran semua anggota mengenai urgensi dibentuknya organisasi ini. 2. refresh dengan membuat kegiatan senang bersama selain dengan menyadari visi dan misi awal, kita dapat membuat program refreshing bersama walau hanya dengan pergi piknik di taman atau belakang perpus.bisa dengan membuat kuis bersama dan apapun itu yang menceriahkan suasana 3. renungan malam bersama dan ini merupakan cara yang paling sensitive yang dapat dilakukan oleh organisasi. hal ini langsung dapat melepaskan segala macam gundah gulana yang biasa dialami oleh para anggota organisasi terahadap anggota lainnya 4. rujakan cara ini merupakan cara yang efektif untuk meleburkan semua rasa para anggota menjadi satu, tawa sedih gelisah dan kecewa. semua akan terungkap dan terungkap. selain itu cara ini juga tidak terlalu mahal untuk mendapatkan kesegaran dalam anggota-anggoa organsasi. Diterbitkan di: 30 Desember, 2011 Sumber: http://id.shvoong.com/how-to/careers/2244050-cara-menghidupkan-organisasi/#ixzz1joXWe06G

Tips Berpikir Kritis

Sembilan tips mengembangkan kompetensi berpikir kritis: 1. Berpikiran terbuka terhadap ide-ide baru. 2. Mengetahui bahwa setiap orang bisa memiliki pandangan yang berbeda. 3. Memisahkan berpikir dengan perasaan dan berpikir logis. 4. Menanyakan hal-hal yang anda anggap tidak masuk akal. 5. Menghindari kesalahan umum dalam pemberian alasan yang anda buat. 6. Jangan berargumen tentang sesuatu yang anda tidak mengerti. 7. Kembangkanlah kosakata yang tepat untuk penyampaian dan pengertian ide yang lebih baik 8. Mengetahui ketika anda memerlukan informasi lebih lanjut. 9. Mengetahui perbedaan antara kesimpulan yang dapat dan harus benar. Sumber : http://gurupembaharu.com/home/?p=1331, 10 Mei 2012,07.32 WIB

Selasa, 08 Mei 2012

4 Etika Main Instagram

Tak butuh waktu lama bagi Instagram untuk menjaring jutaan pengguna baru. Laporan terakhir menyebutkan, perusahaan yang belum lama diakuisisi Facebook senilai USD 1 miliar ini baru saja mencatatkan milestone penggunanya di angka 50 juta. Angka tersebut melesat tajam, mengingat pada akhir April 2012, jumlah penggunanya tercatat ‘baru’ 40 juta. Tentu, kehadirannya di Android turut menyumbangkan banyaknya pengguna anyar tersebut. Nah, bagi para newbie yang baru saja terjun di aplikasi foto populer ini, ada baiknya menyimak etika berinstagram berikut yang dirangkum dari beberapa sumber. Etika ini patut dilakukan agar tidak mengganggu pengguna Instagram lainnya dan agar Anda menjadi IG-er yang layak untuk di-follow. 1. Jangan membanjiri photo feed Di Instagram, kualitas lebih penting dibanding kuantitas. Jangan membanjiri feed dengan memposting foto-foto yang diambil dalam scene yang sama. Pilih satu saja foto yang stand out dan gunakan filter yang cocok berikut caption yang menarik. Hindari flooding! 2. Jangan sering-sering ‘narsis’ Mengunggah foto diri sendiri masih bisa dimaklumi, asalkan hal ini dilakukan kadang-kadang alias jangan terlalu sering. Jika ingin mengupload foto self-snap, gunakan saja Facebook. 3. Buat percakapan Meskipun Instagram basicnya adalah sebuah aplikasi foto, namun bukan berarti Anda menutup diri dari percakapan. Saat ada yang mengomentari foto, balas dengan respons yang positif. Follower Anda akan merasa diapresiasi dengan balasan yang Anda berikan. 4. Berkreasilah dengan kamera ponsel, bukan DSLR Keberadaan Instagram sebenarnya lebih mengarah pada candid moment, komposisi dan balutan filter yang menawan untuk foto hasil bidikan ponsel. Jadi, mengupload foto Instagram yang sebelumnya diambil dengan kamera ‘serius’ seperti DSLR, sangat tidak dianjurkan. Berkreasilah dengan kamera ponsel yang Anda miliki. Sumber :: http://inet.detik.com/read/2012/05/04/124736/1909133/1279/4-etika-main-instagram?i991101105